Desah Emak : Yam Teri/Ebi dan Cerita Masa Lalu

Yam Teri / Ebi dan Ceritanya.

image

Orang-Orang Pontianak khususnya Tionghua Pontianak pasti mengenal makanan yang satu ini. Yam Teri atau Yam Kanghe atau Yam Ebi.

Yam Teri dan Yam Ebi adalah masakan praktis yang sangat mengugah selera. Hehehehe :p Dan termasuk masakan dikala malas masak.

Cara bikinnya guampang banget. Keknya sudah pernah Emak Catz bahas di post yang lalu. Tapi boleh dah Emak Catz jabarkan lagi.

Bahan yang diperlukan :
– Ikan teri kecil / Ebi secukupnya (cuci bersih. Untuk teri yang lebih besar baiknya dibelah, buang kepala juga tulang halus di dalamnya. Biar lebih enak).
– bawang merah (iris sesuka hati – optional – boleh dipake boleh ndak)
– bawang putih (iris kecil – optional. Boleh dipake. Boleh ndak)
– Cabe rawit (iris kecil – optional – boleh dipake boleh ndak)
– Kecap asin
– Lemon cui tergantung selera.
– Mangkuk Kecil.
– gula (sedikiiiiiiit aja. Kira-kira seujung sendok lah).

image

Cara membuat :

1. Masukkan teri/ebi lalu bawang merah, bawang putih, cabe rawit ke dalam mangkuk.
2. Tambahkan sedikit kecap asin.
3. Peraskan lemon cui (jeruk sambal) ke dalamnya. Kalau suka yang asem-asem, boleh pake banyak.
4. Masukkan gula sedikit. (Seujung sendok).
5. Aduk ampe rata.
6. Siap dinikmati bersama nasi ataupun bubur hangat.

Nah sebenarnya kali ini Emak memposting tentang Yam Teri/Ebi dikarenakan beberapa hari lalu Emak yang sedang makan malam dengan Super Kenz (anak pertama Emak yang usianya 5 tahun), keluar kisah tentang Yam Teri/Ebi ini kepada Kenz.

Dimulai dengan Super Kenz yang melihat isi tudung saji dan memasang muka cemberut.
“Ini aja Ma sayurnya?”

Mulai dah Emak yang sekarang udah jadi Emak-Emak berceramah panjang lebar.
“Kita harus mensyukuri makanan yang tersedia. Jangan selalu mengeluh. Masih banyak lho yang kekurangan makanan.”

Memang benar adanya, sebagai manusia, kita harus mensyukuri karunia Tuhan. Masih untung di meja makan tersedia nasi, yam teri, tumis sawi dan kari. Lagipula, tidak boleh memilih-milih makanan terus. Makanan yang masuk ke tubuh harus seimbang. Jangan teloooor dan mie goreng mulu (ini nih favoritnya Super Kenz).

Dari ceramah itu Emak Catz mulai bercerita tentang sebuah cerita yang selalu Emak denger sewaktu kecil dari orangtua. Kisah ini ada hubungannya dengan memilih makanan dan yam teri/ebi.

Emak ingat, Papa-nya Emak juga Ama (Nenek dalam bahasa Tio ciu) menasehati kami mengenai mensyukuri pemberian Tuhan. Kisah ini terus diceritakan berulang-ulang. Awalnya membuat Emak dan saudara-saudara terpesona dan ber “ooo” ria. Lalu lambat laun mulai biasa. Dan kadang kala menjadi bosa. Karena diulang-ulang terus. Tapi ketika dewasa, cerita ini ternyata muncul setiap kali Emak menikmati Yam Teri. Detail kisahnya selalu teringat. Hal ini pula yang membuat Emak merasa perlu menceritakan kepada Super Kenz.

Mereka mengkisahkan betapa mereka tidak seperti anak-anak sekarang. Apapun bisa didapatkan dengan mudah. Jaman dulu, jaman penjajahan, saat keadaan Indonesia secara umum dan Pontianak khususnya belumlah stabil. Untuk mendapatkan nasi dan lauk, perlu perjuangan. Apalagi dulu keluarganya Emak termasuk golongan kurang mampu.

Memori berputar kembali ke masa kecil Emak. Di dalam rumah beralas papan yang letaknya di Kampung Dalam Bugis. Ama akan memasak bubur biasanya di malam hari. Ditambah saat itu listrik padam. Kami duduk bersama menikmati semangkuk bubur putih polos, dengan lauk Yam Teri serta telur rebus.

Lalu Ama bercerita, “Dulu sewaktu jam makan. Lauk akan dibagi, dijatah peranak. Tidak seperti kalian saat ini. Semangkuk Yam Teri bebas diambil sesuka kalian. Tiap anak dapat satu telur.”

Aku dan Ahia (abang) sambil menyuap bubur, memperhatikan wajah Ama.
“Dulu, untuk dapat beras susah. Harus antri. Pulang sekolah Tuai (Tante Sulung) dan Mamamu harus antri beras.)

Kami mengangguk.

Ama meneruskan cerita. “Setiap anak dapat sepotong sepotong ebi. Makannya diirit-irit. Diaduk pakai garam lalu ebinya tiap anak pegang satu. Dicelup ke kecap biar ada rasa. Kemudian makan bubur sesendok. Lalu, celup lagi ebi/teri ke kecap, makan lagi sesendok sampai bubur semangkuk habis.”

Yup bener, reaksi Super Kenz dan aku serta Ahia di masa kecil sama. “Itu kan joroook, Ama. Masa masuk mulut lalu diisep bentar. Lalu dikecapin lagi.”

“Biar hemat dan ebinya dimakan pada suapan terakhir. Jadi rasanya nikmat banget suapan terakhir itu. Pengennya buru-buru buburnya habis biar bisa makan sepotong ebi itu.” Jawab Ama yang kukutip juga sebagai penjelasan pada Super Kenz.

Bisa dibayangkan betapa iritnya makanan tersebut. Padahal hanya semangkuk kecil Yam Teri/Ebi.

Sekarang pun Emak masih doyan makan Yam Teri (soalnya enak), Kenz juga suka. Walau sekarang tidak perlu dijatah lagi.

( ~ _ ~ ) ◦°◦° ♓îНiнiнiнi♓î _   (“)(“)

“Makan secukupnya. Tidak berlebihan.”

Kenangan akan kisah dari Ama, yang selalu dikisahkan ini memberi pelajaran istimewa walau kadang kala Emak terlupa.

Love Ama (♥ε♥ʃƪ).

Sekiaaaaan cerita iniiii.

Ketemu di lain kesempatan yaaah.

(♥ε♥ʃƪ) lopee lopeee

Emak Catz.

Sent from BlackBerry® on 3

Tinggalkan komentar